Gempa Vulkanik Dijadikan Alat Deteksi Gunung Meletus
Sejauh ini, upaya untuk memanfaatkan guncangan vulkanik sebagai pendeteksi waktu dan kekuatan letusan gunung berapi selalu gagal
Gempa bumi sering kali menjadi
pertanda letusan gunung berapi, contohnya seperti yang terjadi di gunung St.
Helens, Amerika Serikat, pada tahun 1980 lalu. Namun, upaya selama
berdekade-dekade untuk memanfaatkan guncangan itu sebagai pendeteksi waktu dan
kekuatan letusan gunung berapi terbukti gagal.
Tetapi kini sejumlah peneliti
dari berbagai disiplin ilmu telah mengembangkan model yang bisa membantu
memberi peringatan akan letusan berbahaya, beberapa jam sebelum terjadi. Dari
studi yang dilakukan para peneliti dari University of Leeds, Inggris tersebut,
diketahui bahwa jawabannya ada di bagaimana perilaku magma.
Magma akan terpecah jika ditarik
dengan cepat. Saat naik di dalam saluran utama gunung berapi, magma akan
membuat retakan-retakan dalam. Retakan ini melumerkan magma, membantunya
terpecah di titik-titik lain, mengalir lebih cepat, dan menyebabkan semakin
banyak pelumeran terjadi.
Deretan kejadian pecahnya magma
dapat menjelaskan gelombang gempa bumi berfrekuensi rendah yang pada
penelitian-penelitian terdahulu telah terdeteksi dari gunung berapi. “Analisa
terhadap guncangan-guncangan ini dapat menentukan seberapa cepat magma bergerak
naik dan kemudian bisa ditentukan untuk memprediksi letusan,” kata Jurgen
Neuberg, geofisikawan dari University of Leeds yang memaparkan laporannya di
jurnal Geology.
Sebuah model kemudian
dikembangkan oleh tim lain mengingat guncangan yang diakibatkan oleh magma yang
berada di rongga-rongga gunung bergerak bolak balik seperti memantul-mantul.
Menurut Mark Jellinek, ketua tim peneliti yang merupakan volkanolog dari
University of British Columbia, kecepatan magma bergoyang juga sama dengan frekuensi
dominan sebagian besar guncangan vulkanik.
Saat letusan dahsyat semakin
dekat, model yang dibuat mengindikasikan bahwa frekuensi guncangan vulkanik
akan meningkat dalam pola yang bisa diprediksi. Letusan eksplosif akan
menghasilkan gas yang akan menyempitkan kolom magma menjadi lebih tipis, kaku,
dan bergetar lebih cepat.
Kedua tim peneliti menyatakan,
mereka akan terus memperbaiki pemodelan yang mereka buat dengan menambahkan
data-data dari gunung berapi. Upaya untuk memprediksi letusan eksplosif di masa
depan akan melihat pula faktor perubahan pada emisi gas serta bagaimana gunung
berapi berubah secara fisik sebelum letusan terjadi.
“Jika kita bisa memanfaatkan
seluruh data-data ini secara bersama-sama, kita kemungkinan bisa mencegah
datangnya tragedi,” kata Neuberg.
http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/05/gempa-vulkanik-dijadikan-alat-deteksi-gunung-meletus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar